1

sitti1

iklanblogger2,5 dan 3

Rabu, 11 Juni 2014

PPG for me ^_^




11.      PPG adalah  program  profesi (keahlian khusus) untuk guru seperti ko-As untuk dokter.
22.      Di adakan PPG adalah untuk memperbaiki kualitas guru yang ada di Indonesia, karena di dalamnya ada proses seleksi.
33.      Proses seleksi
Dari FKIP = Seleksi PPG --> lolos --> program PPG
Dari Non FKIP = Seleksi PPG --> lolos --> Matrikulasi min 1 tahun untuk linear (teknik mesin murni, ke pendidikan teknik mesin) bisa sampai 4 tahun untuk yg tidak linear ( teknik kimia, ke pendidikan teknik mesin)à lolos --> program  PPG

44.      PPG dapat diikuti semua prodi, termasuk kedokteran, tapi koas tidak dapat diikuti FKIP?? Bisa saja FKIP mngikuti Koas, namun karena non linear, maka matrikulasi bisa mencapai 4 tahun. Matrikulasi berisi matakuliah yang belum di dapatkan di program studi S1 dulunya untuk penyetaraan.
Jadi, jelaslah sama sekali tidak sia-sia kita berkuliah d FKIP dengan adanya PPG ini, karena kita yang dari FKIP dan mengambil PPG linear tidak perlu ada matrikulasi yang memakan waktu.
55.      PPG dinilai seleksi untuk menjadi guru, yang lebih objektif dari pada seleksi di proses sebelumnya.

Kesimpulan Delegasi: *memang banyak kontra dari mahasiswa FKIP tentang ini. Namun, sebagai mahasiswa yang kritis mari kita coba melihat segala sesuatu dari 2 sisi berbeda. Dan berupaya berfikir dari sisi pembuat kebijakan. Di satu sisi sebagai seorang mahasiswa FKIP, memang kuota kita sedikit banyak akan jadi rebutan. Di sini kita merasa tidak rela karena kita hanya memikirkan diri kitasendiri atau golongan kita (FKIP) ,merasa akan tersaingi dalam pencarian pekerjaan nanti, karena saingan kita bertambah.
Namun, coba kita lihat dari sisi lain. Dengan adanya program PPG ini, kualitas guru keluarannya tentu akan lebih tinggi dikarenakan proses seleksi di dalamnya. Tidak semua orang bisa lolos dan menjadi seorang guru yang mulai tahun 2015 akan menjadi sebuah “profesi (keahlian khusus)”
X: “Tapikan di FKIP sudah ada matakuliah yang menjurus ke keguruan??, kalau yang non FKIP memang nanti di PPG akan di ajari, tapi itu juga cuma instan, yang kita pertaruhkan nasip pendidikan bangsa”
Y: “Alibi, jangan sesumbar bahwa yang mampu mengajar hanya lulusan FKIP. Buktinya banyak guru-guru lulusan FKIP yang kita tidak nyaman di ajar oleh mereka, yang kita sulit mencerna apa yang ia terangkan. Itu membuktikan bahwa belum tentu lulusan FKIP berkompeten dalam mengajar.
Dan, jangan sesumbar bahwa orang non FKIP pasti tidak bisa mengajar. Buktinya banyak pula tentor-tentor bimbingan belajar atau siapapun itu, yang bukan dari FKIP namun kita nyaman dan paham diajar oleh mereka. Itu juga bukti bahwa belum tentu yang non FKIP tidak bisa mengajar. Intinya jangan sesumbar. Karena teori saja tidak cukup.
     Relakanlah mereka orang-orang non FKIP yang berkeinginan, berbakat, dan mampu untuk turut serta mengabdi pada negeri dengan menjadi pahlawan tanpa tanda jasa juga meski bukan dari FKIP. Jika memang dia mampu, mengapa kita larang? Karena takut bersaing?hhaha.. rejeki sudah ada yang mengatur.
     Dengan adanya proses seleksi di PPG dan matrikulasi untuk yang non FKIP, akan tersaring guru-guru yang benar-benar berkualitas dan mengurangi guru yang hanya sekedar menggugurkan kewajibannya di kelas, namun juga betul betul dapat mengabdi dan mampu mentransfer ilmunyadengan baik. Kalau memang kita ini berkualitas, tidak perlu takut dengan PPG”
X: “lalu kenapa gg dari dulu mereka daftar FKIP aja kalau memang pengen jadi guru?”
Y: “Wallahu a’lam. Kita tidak tau factor “X” apakah yang menyebabkan mereka tidak berkuliah di FKIP tadinya. Mungkin ada factor yang memang menjadikannya tidak berada di lingkup FKIP. Siapa yang tau kalau memang dulunya mereka sudah daftar di FKIP tapi tidak diterima? Atau ada hal lain. Apapun itu sebenarnya tidak terlalu penting. Kalau memang dia berkompeten dan mampu mengajar, lalu apa masalahnya untuk anda?? Kalau memang negeri membutuhkan dia, kenapa kita larang? Kalau memang ia bisaturut memperbaiki pendidikan di Indonesia kenapa kita halangi? Lagi lagi takut banyak saingan kan? Inilah titik keegoisan kita.
Wallahu a’lam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar